Para pendaki yang hendak mendaki di gunung daerah Semarang diimbau untuk mewaspadai kebakaran lahan. Di musim kemarau ini, rumput kering yang berada di wilayah gunung bisa kapan saja terbakar.
“Kebakaran hutan itu sangat mudah. Terutama rumput kering yang ada di lereng gunung. Bagi pendaki, potensi itu perlu diwaspadai,” kata Kepala Kantor Basarnas Semarang, Agus Hariyono seusai halal bil halal di kantornya, Senin (3/8/2015).
Ia mengatakan, potensi kebakaran rumput di gunung bisa terjadi kapan saja. Jangan sampai, kata dia, pendaki sudah berada di atas gunung terjebak oleh kobaran api.
“Kami tidak menginginkan itu. Makanya sebelum mendaki, kami minta untuk melapor dan mencari informasi sebanyak mungkin soal cuaca, kedinginan, jalur dan sebagainya,” tambahnya.
Untuk menghindari hal tak diinginkan, Basarnas juga meminta pada pendaki untuk tidak membuat api unggun di atas gunung. Selain bisa memicu kebakaran, sisa-sisa bekas api juga mengotori lingkungan puncak.
Agus juga menyampaikan, para pendaki agar mampu memilih gunung sesuai dengan kemampuan. Bagi pendaki pemula tidak disarankan untuk memilih gunung yang mempunyai ketinggian yang mencolok, seperti Gunung Slamet, Merbabu, Lawu, Sindoro dan Sumbing.
“Gunung yang cocok bagi pemula Gunung Ungaran dan Prau. Itu cocok, medannya bisa dijangkau,” cetusnya.
Basarnas sendiri tetap akan mengontrol aktivitas pendakian selama musim kemarau ini. Apalagi menjelang tanggal 17 Agustus, pendakian di gunung diprediksi akan meningkat tajam.
Atas hal itulah, di kantor SAR akan dibagi kontrolnya, yakni SAR Cilacap akan menangani gunung di Eks Karesidan Banyumas seperti Gunung Slamet; SAR Solo mengkover Eks Karisedinan Surakarta seperti gunung Lawu, Merapi, Merbabu; SAR Jepara dan SAR Semarang yang mecakup wilayah Ungaran, Kabupaten Semarang, dan mendukung SAR lainnya secara keseluruhan.