Jumlah wisatawan yang melakukan pendakian ke puncak Gunung Merapi melalui Dusun Plalangan, Desa Lencoh, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, selama Ramadan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Namun, diperkirakan akan meningkat saat Lebaran. "Jumlah pendaki ke Merapi selama Ramadan memang turun drastis dibanding hari biasanya, rata-rata sepekan hanya sekitar lima wisatawan per hari," kata petugas jaga retribusi pendakian dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM), Samsuri, di Boyolali, Senin (6/7/2015).
Menurut Samsuri, jumlah pendaki pada Sabtu 4 Juli hingga Minggu 5 Juli malam hanya sekitar 20 pendaki. Padahal pendaki pada waktu yang sama, jika tidak bulan puasa bisa mencapai sekitar 100 hingga 200 orang. Kendati demikian, Samsuri memperkirakan pendaki mengalami peningkatan pada Lebaran yang bertepatan dengan liburan sekolah. Bisa lebih dari 300 orang. "Pada Lebaran tahun lalu jumlah pendaki tercatat mencapai 300 orang, baik dari lokal maupun luar negeri," kata Samsuri yang juga anggota Tim SAR Barameru Desa Lencoh Selo, Kecamatan Selo itu.
Bahkan, jumlah pendaki selama sepekan dengan kondisi cuaca bagus seperti sekarang ini, bisa mencapai 500 pengunjung. Mereka melakukan pendakian ke Merapi dengan batas ketinggian sampai Pasar Bubrah saja. "Pendaki dilarang mendekat ke kawasan kawah atau Puncak Garuda karena sangat berbahaya. Daerah itu, berjarak sekitar satu kilometer dari Pos Pasar Bubrah," kata Samsuri. Menurut dia, jarak Pos Pasar Bubrah dari base camp di Dusun Plalangan sekitar 4 kilometer. Dengan berjalan normal memerlukan waktu sekitar 3,5 jam. "Kami melakukan pemantauan dari bawah melalui alat closed circuit television (CCTV) yang dipasang di beberapa titik di puncak. Sehingga, pendaki yang nekat mendekati kawah akan terekam jelas dari bawah," kata Samsuri.
Selain itu, para pendaki yang meminta bantuan petugas SAR di bawah bisa melambaikan tangannya melalui alat CCTV di Pos Pasar Bubrah. Selain itu, juga bisa menghubungi melalui nomor telepon yang tertulis dalam tiket retribusi masuk. Samsuri menjelaskan, para pendaki selama bulan Ramadan mayoritas orang lokal, seperti Yogyakarta, Solo, dan Boyolali. Sedangkan wisatawan asing yang ke puncak Merapi hanya 1 atau 2 orang saja. "Mereka kebanyakan mendirikan tenda di Pasar Bubrah hingga pagi hari, kemudian mengabadikan dengan foto-foto ketika matahari terbit dan menikmati pemandangan alam pegunungan yang sangat indah," ucap dia.
Para pendaki sebelum melakukan pendakian harus melalui pemeriksaan petugas, untuk mengecek perlengkapan dan persiapan bekalnya. Mereka juga diwajibkan meninggalkan kartu identitas asli, seperti kartu tanda penduduk (KTP) di petugas jaga. Para pendaki hanya dikenai biaya retribusi sebesar Rp 17.500 per orang setiap hari libur, sedangkan hari biasa hanya Rp 15.000 per orang. Menurut dia, kondisi cuaca di kawasan Merapi sangat bersahabat dengan wisatawan pencinta alam karena sangat cerah, tidak hujan, dan puncak bersih dari kabut.
Namun, kondisi cuaca puncak Merapi udaranya sangat dingin sehingga pendaki dianjurkan menyiapkan jaket tebal agar badan tidak kedinginan. Sedangkan, cuaca pada siang hari sangat panas. "Para pendaki biasanya mulai turun dari Pos Pasar Bubrah sekitar pukul 08.00 WIB hingga 10.00 WIB, dan sampai base camp siang hari," pungkas Samsuri. (Ant/Tnt/Dan)