Pendaki Jakarta Tersesat di Gunung Rinjani

Pendaki Jakarta Tersesat di Gunung RinjaniTersesat seorang diri di Gunung Rinjani selama 4 hari 3 malam bukanlah waktu yang sebentar. Sebab ancaman alam liar memang kerap tak dapat diprediksi. Kedinginan, gelap, lapar, lelah, takut dan panik, harus diatasi seorang diri. Banyak kisah orang hilang di gunung dan berakhir tanpa nyawa. Namun, Siti Maryam (29), dapat melaluinya dengan baik.

Hanya berbekal permen dan madu, Siti yang terpisah dari rombongan saat baru turun dari puncak Anjani (puncak Gunung Rinjani), pada Minggu (30/7), mampu bertahan hidup hingga bertemu dengan warga. Siti menceritakan pengalaman tak terlupakan yang dialaminya.

"Saya sakit perut saat turun dari puncak. Pertama saya melihat padang rumput (yang ternyata adalah padang pasir berbatu), karena ada teman, saya fokus ke teman," kata Siti di kediamannya, kawasan Cakung, Jakarta Timur, Minggu (6/8).

Namun tak lama kemudian, Siti kehilangan jejak temannya. Dia akhirnya berjalan terus mengarah ke bawah, akan tetapi temannya tak juga ditemukan. Dia kemudian menyadari bahwa dirinya tersesat.

Saat itu medan yang ia hadapi adalah jurang yang curam dan tebing-tebing yang menjulang kokoh. Siti terus melipir mencari jalan melalui bukit-bukit di sebelahnya.

"Waktu itu saya melihat bapak-bapak mau nyamperin enggak bisa karena kejauhan. Ya udah akhirnya saya hanya bisa di situ nurunin bukit," kata perempuan yang mengaku sudah 6 kali mendaki gunung itu.

Menjelang malam, Siti yang terus berjalan tanpa perbekalan, merasa kelelahan. Saat itu dia sudah jauh meninggalkan medan berpasir dan tiba di kawasan dengan vegetasi rerumputan. Siti meringkuk, tidur tanpa alas maupun selimut. Rasa dingin yang menusuk tulang, dilawannya sekuat tenaga. Siti tak mau mati konyol. Dia masih ingin hidup dan selamat.

Dalam suasana gelap, dingin, dan sepi itu, Siti mengaku melihat sekelompok sosok hitam yang memperbincangkan dirinya. Meski ketakutan, dia berusaha menenangkan diri dan tak mengganggu mereka.

Pagi harinya ia bergerak lagi, masih seorang diri tanpa bertemu pendaki lain ataupun penduduk setempat. Siti masih kehilangan arah. "Saya bingung kan, terus waktu saya lihat sungai kering, saya ikuti terus," katanya.

Yang ada dalam pikiran Siti saat itu hanyalah pulang dengan selamat. Oleh karena itu, dia terus bergerak mencari jalan keluar dan berusaha mencari pertolongan. Siti pantang menyerah.

"Kalau saya diam mereka enggak akan temui saya. Saya teriak mereka enggak ada yang dengar. Pokoknya gimana caranya cari jalan biar bisa selametin diri sendiri aja," tutur perempuan yang sudah bergabung dengan komunitas Backpacker Jakarta sejak setahun yang lalu itu.

Dia sempat mencari mata air, karena dia meyakini, mata air itu tak jauh dari camp pendaki. Namun Siti gagal menemukannya. Oleh karena itu dia menelusuri sungai kering yang mengarah ke bawah. Medan yang dilaluinya memang tak mudah, namun dia terus bergerak.

"Terus saya lihat ada penggembala sapi, ya sudah saya panggil dia. Dia nengok, saya naik dan saya minta tolong dia minta anterin ke basecamp," katanya.

Puji syukur tak henti ia panjatkan saat akhirnya bertemu warga. Dia dibawa ke basecamp di Sembalun dan segera dilarikan ke Puskesmas untuk diperiksa kondisinya. Di puskesmas itulah dia kemudian bertemu kembali dengan teman-temannya.

Kini perempuan yang bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta itu sudah berada di rumahnya. Keselamatan Siti tak hanya disyukuri olehnya, namun juga keluarga, kerabat, teman-teman, dan tim SAR yang sudah berkerja keras mencarinya. Oleh karena itu, hari ini orang tuanya menggelar syukuran atas keselamatan anak sulung mereka tersebut.
 
Free Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design